Tuesday 9 April 2013

TEORI PORTOFOLIO


TEORI PORTOFOLIO
Arti portofolio adalah sekumpulan surat-surat atau sekumpulan kesempatan investasi. Menurut Tandelilin (2001: 456) aspek pokok teori portofolio adalah konsep leaderrisiko yang terkait pada aktiva yang berada dalam suatu portofolio akan berlainan dengan leader risiko dari aktiva yang berdiri sendiri. Portofolio merupakan sekumpulan surat atau saham, obligasi, instrument pasar yang uang atau jenis investasi yang dimiliki seseorang atau badan yang biasanya disusun sedemikian rupa dalam rangka penyebaran risiko.
Menurut Halim (2005: 54), portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Untuk menghindari risiko pada suatu investasi antara lain dilakukan melalui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio. Jika seorang investor memilki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya.
a.       Portofolio Efisien
Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi
mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse). Investor penghindar risiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan pendapatan diharapkan yang sama dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Jadi, portofolio yang efisien dapat diartikan sebagai portofolio yang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan pada tingkat optimal dengan suatu tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang memberikan suatu tingkat risiko minimal, pada tingkat pengembalian yang diharapkan.
Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti. Investor dapat memilih kombinasi dari aktiva-aktiva untuk membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi n-aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Semua titik di attainable setmenyediakan semua kemungkinan portofolio baik yang efisien maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh investor. Akan tetapi, investor yang rasional tidak akan memilih portofolio yang tidak efisien. Rasional investor hanya tertarik dengan portofolio yang efisien. Kumpulan dari portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set atau efficient frontier.
b.      Portofolio Optimal
 Portofolio optimal  adalah portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Menurut Tandelilin (2001: 74), portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Portofolio yang optimal adalah portofolio yang dipilih dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal.

TEORI PORTOFOLIO


TEORI PORTOFOLIO
Arti portofolio adalah sekumpulan surat-surat atau sekumpulan kesempatan investasi. Menurut Tandelilin (2001: 456) aspek pokok teori portofolio adalah konsep leader risiko yang terkait pada aktiva yang berada dalam suatu portofolio akan berlainan dengan leader risiko dari aktiva yang berdiri sendiri. Portofolio merupakan sekumpulan surat atau saham, obligasi, instrument pasar yang uang atau jenis investasi yang dimiliki seseorang atau badan yang biasanya disusun sedemikian rupa dalam rangka penyebaran risiko.
Menurut Halim (2005: 54), portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Untuk menghindari risiko pada suatu investasi antara lain dilakukan melalui diversifikasi saham dengan membentuk portofolio. Jika seorang investor memilki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya.
a.       Portofolio Efisien
Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi
mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse). Investor penghindar risiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan pendapatan diharapkan yang sama dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah.
Jadi, portofolio yang efisien dapat diartikan sebagai portofolio yang memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan pada tingkat optimal dengan suatu tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang memberikan suatu tingkat risiko minimal, pada tingkat pengembalian yang diharapkan.
Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti. Investor dapat memilih kombinasi dari aktiva-aktiva untuk membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi n-aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Semua titik di attainable set menyediakan semua kemungkinan portofolio baik yang efisien maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh investor. Akan tetapi, investor yang rasional tidak akan memilih portofolio yang tidak efisien. Rasional investor hanya tertarik dengan portofolio yang efisien. Kumpulan dari portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set atau efficient frontier.
b.      Portofolio Optimal
 Portofolio optimal  adalah portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Menurut Tandelilin (2001: 74), portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Portofolio yang optimal adalah portofolio yang dipilih dan disukai oleh investor karena memberikan manfaat tertinggi, jadi dari berbagai portofolio yang efisien namun hanya ada satu portofolio yang optimal.

Wednesday 13 March 2013

RETURN & RISIKO INVESTASI


Return dan Risiko Investasi

a.       Return Investasi
Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan Menurut Jones (2002:124), Return saham terdiri dari:
1) Yield, yaitu cash flow atau arus kas yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham, biasanya dalam bentuk deviden.
2) Capital gain, atau capital loss, yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Capital gain jika harga saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, sedangkan capital loss, sebaliknya.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut (Jogiyanto, 2010; 205) dapat dibedakan menjadi:
1)      Return Realisasi (realized return)
   Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data histories, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (ekspekted return) dan risiko dimasa mendatang.
   Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. 
2)      Return Ekspektasi (Expected Return)
   Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.  Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Return ekspektasi dapat dihitung dengan metode nilai ekspektasi yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.
b.      Risiko Investasi
Pengertian Resiko menurut Keown (1999:216), resiko adalah kemungkinan-kemungkinan bahwa suatu pengembalian akan berbeda dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut Jones (2002:134), ada dua tipe resiko, yaitu:
a. Resiko sistematik (systematic Risk)
Adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, yaitu resiko tingkat bunga, resiko politik, resiko inflasi, resiko nilai tukar, dan resiko pasar. Disebut pula resiko tidak diversifikasi.
b. Resiko non-sistematik (non-systematic risk)
Adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang terjadi secara individual, yakni resiko bisnis, resiko laverage, dan resiko likuiditas. Disebut pula resiko diversifikasi, resiko residual, resiko unik, atau resiko khusus perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu penyimpangan tingkat pengembalian yang nyata terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan. Besarnya nilai resiko dapat dicari dengan menghitung standar deviasi, atau dengan menghitung besarnya varian. Standar Deviasi adalah ,”a statistical measure of the variability of a distribution around its mean. It is the square root of the variance,” Horne and Wachowizc (1998). Resiko investasi pada saham, meliputi: Resiko saham Individu, dan Resiko investasi portofolio.
Berdasarkan kesediaan dalam menanggung risiko investasi, investor dikenal ada 3 yaitu berani mengambil risiko (risk taker), sikap netral terhadap risiko (risk neutral) dan yang tidak berani mengambil risiko (risk averse). Risk taker adalah sikap seorang yang memilih taruhan yang fair sedangkan risk neutral adalah seseorang bersikap indifference terhadap taruhan yang fair, dan risk averse adalah investor akan menolak taruhan yang fair (Husnan, 2003). Masing-masing ini menyebabkan investor mempunyai preferensi yang berbeda dalam melihat suatu portofolio.

RETURN & RISIKO INVESTASI


Return dan Risiko Investasi

a.       Return Investasi
Return merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukan Menurut Jones (2002:124), Return saham terdiri dari:
1) Yield, yaitu cash flow atau arus kas yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham, biasanya dalam bentuk deviden.
2) Capital gain, atau capital loss, yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Capital gain jika harga saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, sedangkan capital loss, sebaliknya.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut (Jogiyanto, 2010; 205) dapat dibedakan menjadi:
1)      Return Realisasi (realized return)
   Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data histories, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (ekspekted return) dan risiko dimasa mendatang.
   Perhitungan return realisasi disini menggunakan return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. 
2)      Return Ekspektasi (Expected Return)
   Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi.  Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Return ekspektasi dapat dihitung dengan metode nilai ekspektasi yaitu mengalikan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.
b.      Risiko Investasi
Pengertian Resiko menurut Keown (1999:216), resiko adalah kemungkinan-kemungkinan bahwa suatu pengembalian akan berbeda dari tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut Jones (2002:134), ada dua tipe resiko, yaitu:
a. Resiko sistematik (systematic Risk)
Adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, yaitu resiko tingkat bunga, resiko politik, resiko inflasi, resiko nilai tukar, dan resiko pasar. Disebut pula resiko tidak diversifikasi.
b. Resiko non-sistematik (non-systematic risk)
Adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang terjadi secara individual, yakni resiko bisnis, resiko laverage, dan resiko likuiditas. Disebut pula resiko diversifikasi, resiko residual, resiko unik, atau resiko khusus perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa resiko adalah kemungkinan terjadinya suatu penyimpangan tingkat pengembalian yang nyata terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan. Besarnya nilai resiko dapat dicari dengan menghitung standar deviasi, atau dengan menghitung besarnya varian. Standar Deviasi adalah ,”a statistical measure of the variability of a distribution around its mean. It is the square root of the variance,” Horne and Wachowizc (1998). Resiko investasi pada saham, meliputi: Resiko saham Individu, dan Resiko investasi portofolio.
Berdasarkan kesediaan dalam menanggung risiko investasi, investor dikenal ada 3 yaitu berani mengambil risiko (risk taker), sikap netral terhadap risiko (risk neutral) dan yang tidak berani mengambil risiko (risk averse). Risk taker adalah sikap seorang yang memilih taruhan yang fair sedangkan risk neutral adalah seseorang bersikap indifference terhadap taruhan yang fair, dan risk averse adalah investor akan menolak taruhan yang fair (Husnan, 2003). Masing-masing ini menyebabkan investor mempunyai preferensi yang berbeda dalam melihat suatu portofolio.

INVESTASI


 Investasi
Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” 
Menurut Eduardus (2002:3) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Investasi di pasar modal sangat memerlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek–efek mana saja yang akan dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang tetap dimiliki (Samsul, 2006).
Sedangkan menurut Sharpe (1991), investasi diartikan dengan mengorbankan uang sekarang untuk uang dimasa yang akan datang dimana hasilnya baru akan diperoleh kemudian, dan besarnya tidak pasti. Jadi investasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menempatkan dana yang kita miliki pada berbagai laternatif pada saat sekarang, yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang akan diperoleh dimasa yang akan datang, dan hasil tersebut besarnya tidak pasti.
Untuk mengambil keputusan tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut (S. Husnan, 1994)
a. Menentukan Kebijakan investasi
Pada awalnya investor harus menentukan tujuan investasinya dan besar investasi yang akan dilakukan. Terdapat hubungan yang erat antara return dan risiko investasi, sehingga investor tidak dapat mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya karena pada dasarnya investasi yang dilakukan mengandung risiko yang merugikan. Jadi dalam hal ini tujuan investasi harus dinyatakan dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Pada tahap ini investor melakukan analisis secara individual maupun kelompok surat berharga. Terdapat dua pendapat dalam melakukan analisis sekuritas, yaitu pertama terdapat sekuritas mispriced (harga sekuritas yang salah, yaitu terlalu rendah atau terlalu tinggi). Analisis sekuritas ini dapat dilakukan berdasar informasi fundamental maupun teknikal, dengan analisis ini surat berharga yang mispriced dapat terdeteksi.
c. Pembentukan Portofolio
Tahap ini menyangkut identifikasi terhadap sekuritas-sekuritas yang akan dipilih, dan besar proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyaknya sekuritas atau diversifikasi surat berharga dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang akan ditanggung.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan tiga tahap sebelumnya, dengan tujuan melakukan revisi atau perubahan terhadap portofolio apabila diperlukan. Hal ini dilakukan investor apabila dirasa portofolio yang ada tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko investor.
e. Evaluasi Kinerja Portofolio
Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.

INVESTASI


 Investasi
Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” 
Menurut Eduardus (2002:3) investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Investasi di pasar modal sangat memerlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek–efek mana saja yang akan dibeli, mana yang akan dijual dan mana yang tetap dimiliki (Samsul, 2006).
Sedangkan menurut Sharpe (1991), investasi diartikan dengan mengorbankan uang sekarang untuk uang dimasa yang akan datang dimana hasilnya baru akan diperoleh kemudian, dan besarnya tidak pasti. Jadi investasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menempatkan dana yang kita miliki pada berbagai laternatif pada saat sekarang, yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang akan diperoleh dimasa yang akan datang, dan hasil tersebut besarnya tidak pasti.
Untuk mengambil keputusan tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut (S. Husnan, 1994)
a. Menentukan Kebijakan investasi
Pada awalnya investor harus menentukan tujuan investasinya dan besar investasi yang akan dilakukan. Terdapat hubungan yang erat antara return dan risiko investasi, sehingga investor tidak dapat mengharapkan keuntungan sebesar-besarnya karena pada dasarnya investasi yang dilakukan mengandung risiko yang merugikan. Jadi dalam hal ini tujuan investasi harus dinyatakan dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Pada tahap ini investor melakukan analisis secara individual maupun kelompok surat berharga. Terdapat dua pendapat dalam melakukan analisis sekuritas, yaitu pertama terdapat sekuritas mispriced (harga sekuritas yang salah, yaitu terlalu rendah atau terlalu tinggi). Analisis sekuritas ini dapat dilakukan berdasar informasi fundamental maupun teknikal, dengan analisis ini surat berharga yang mispriced dapat terdeteksi.
c. Pembentukan Portofolio
Tahap ini menyangkut identifikasi terhadap sekuritas-sekuritas yang akan dipilih, dan besar proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyaknya sekuritas atau diversifikasi surat berharga dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang akan ditanggung.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan tiga tahap sebelumnya, dengan tujuan melakukan revisi atau perubahan terhadap portofolio apabila diperlukan. Hal ini dilakukan investor apabila dirasa portofolio yang ada tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko investor.
e. Evaluasi Kinerja Portofolio
Pada tahap ini investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik pada aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.

Saturday 9 February 2013

EKSPATRIAT


EKSPATRIAT


A.      Pengertian Ekspatriat
Eskpatriat adalah seorang tenaga kerja yang bekerja di suatu wilayah yang bukan merupakan wilayah dimana ia tercatat menjadi penduduknya. Banyak perusahaan multinasional menggunakan ekspatriat untuk menjamin efektivitas operasi perusahaan sejalan dengan kebijakan kantor pusat. Pada umumnya, ekspatriat dapat juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan internasional di dalam organisasi. Ekspatriat yang berpengalaman dapat menjadi sumber yang mendukung suatu organisasi untuk berkembang menjadi sumber yang mendukung suatu organisasi untuk berkembang lebih global.

B.       Jenis Ekspatriat
Jenis ekspatriat dapat dibedakan berdasarkan tugas yang dilakukan, karena tidak semua individu yang bekerja sebagai ekspatriat mempunyai tugas yang sama.
1.      Ekspatriat yang bersifat sukarela
Merupakan orang yang ingin bekerja di luar negeri untuk periode tertentu karena kepentingan pengembangan karir secara individu. Seringkali, ekspatriat ini sukarela untuk ditugaskan dalam jangka pendek kurang dari 1 tahun sehingga mereka dapat mempunyai pengalaman mengenai kebudayaan lain.
2.      Eskpatriat tradisional
Merupakan professional dan manajer yang ditugaskan untuk  bekerja di luar negeri selama satu sampai tiga tahun. Mereka kemudian dirotasikan ke kantor pusat.
3.      Ekspatriat untuk pengembangan karir
Ditempatkan di luar negeri untuk mengembangkan kemampuan manajemen dari perusahaan. Mereka dapat bertugas satu sampai tiga kali rotasi di negara-negara yang berbeda, sehingga mereka dapat mengembangkan suatu pengertian yang luas mengenai operasi secara internasional.
4.      Ekspatriat global
Mereka yang berpindah dari satu negara ke negara lain. Seringkali mereka lebih sering bekerja secara internasional daripada bekerja di negara asal.

C.      Permasalahan Ekspatriat
Ada beberapa masalah besar yang dihadapi oleh ekspatriat ketika mereka dipindah tugaskan ke negara lain. Pertama, ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan linkungan budaya dan fisik yang berbeda. Kedua, Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perbedaan fisik dan lingkungan budaya. Ketiga, masalah lain yang berhubungan dengan keluarga. Keempat, ketidakdewasaan perilaku atau emosi. Kelima, ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan tanggung jawab dari pekerjaan di perantauan. Keenam, kekurangmampuan pada kompetensi teknis. Dan ketujuh, kurangnya motivasi untuk bekerja di luar negeri.
Hal lainnya adalah, membutuhkan waktu untuk beradaptasi, tetapi masa kerjanya terlalu singkat. Ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi kegagalan, yaitu perhatian terhadap kesempatan kembali ke negara asal, terlalu menekankan pada kriteria kompetensi teknikal dan mengabaikan yang lain, dan tidak cukupnya pelatihan.

EKSPATRIAT


EKSPATRIAT


A.      Pengertian Ekspatriat
Eskpatriat adalah seorang tenaga kerja yang bekerja di suatu wilayah yang bukan merupakan wilayah dimana ia tercatat menjadi penduduknya. Banyak perusahaan multinasional menggunakan ekspatriat untuk menjamin efektivitas operasi perusahaan sejalan dengan kebijakan kantor pusat. Pada umumnya, ekspatriat dapat juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan internasional di dalam organisasi. Ekspatriat yang berpengalaman dapat menjadi sumber yang mendukung suatu organisasi untuk berkembang menjadi sumber yang mendukung suatu organisasi untuk berkembang lebih global.

B.       Jenis Ekspatriat
Jenis ekspatriat dapat dibedakan berdasarkan tugas yang dilakukan, karena tidak semua individu yang bekerja sebagai ekspatriat mempunyai tugas yang sama.
1.      Ekspatriat yang bersifat sukarela
Merupakan orang yang ingin bekerja di luar negeri untuk periode tertentu karena kepentingan pengembangan karir secara individu. Seringkali, ekspatriat ini sukarela untuk ditugaskan dalam jangka pendek kurang dari 1 tahun sehingga mereka dapat mempunyai pengalaman mengenai kebudayaan lain.
2.      Eskpatriat tradisional
Merupakan professional dan manajer yang ditugaskan untuk  bekerja di luar negeri selama satu sampai tiga tahun. Mereka kemudian dirotasikan ke kantor pusat.
3.      Ekspatriat untuk pengembangan karir
Ditempatkan di luar negeri untuk mengembangkan kemampuan manajemen dari perusahaan. Mereka dapat bertugas satu sampai tiga kali rotasi di negara-negara yang berbeda, sehingga mereka dapat mengembangkan suatu pengertian yang luas mengenai operasi secara internasional.
4.      Ekspatriat global
Mereka yang berpindah dari satu negara ke negara lain. Seringkali mereka lebih sering bekerja secara internasional daripada bekerja di negara asal.

C.      Permasalahan Ekspatriat
Ada beberapa masalah besar yang dihadapi oleh ekspatriat ketika mereka dipindah tugaskan ke negara lain. Pertama, ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan linkungan budaya dan fisik yang berbeda. Kedua, Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perbedaan fisik dan lingkungan budaya. Ketiga, masalah lain yang berhubungan dengan keluarga. Keempat, ketidakdewasaan perilaku atau emosi. Kelima, ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan tanggung jawab dari pekerjaan di perantauan. Keenam, kekurangmampuan pada kompetensi teknis. Dan ketujuh, kurangnya motivasi untuk bekerja di luar negeri.
Hal lainnya adalah, membutuhkan waktu untuk beradaptasi, tetapi masa kerjanya terlalu singkat. Ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi kegagalan, yaitu perhatian terhadap kesempatan kembali ke negara asal, terlalu menekankan pada kriteria kompetensi teknikal dan mengabaikan yang lain, dan tidak cukupnya pelatihan.