Masalah dalam
Analisis Regresi dan Cara Mengatasinya
1. Heterosekdastisitas
Multikolinearitas
adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara
masing-masing variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi
ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terkait dalam suatu model
regresi. Oleh karena itu masalah multikolinearitas tidak terjadi pada regresi
linier sederhana yang hanya melibatkan satu variabel independen.
Indikasi terdapat masalah multikolinearitas
dapat kita lihat dari kasus-kasus sebagai berikut:
1. Nilai R2 yang
tinggi (signifikan), namun nilai standar error
dan tingkat signifikansi masing-masing variabel sangat rendah.
2. Perubahan kecil sekalipun
pada data akan menyebabkan perubahan signifikan pada variabel yang diamati.
3. Nilai koefisien variabel
tidak sesuai dengan hipotesis, misalnya variabel yang seharusnya memiliki
pengaruh positif (nilai koefisien positif), ditunjukkan dengan nilai negatif.
Memang belum ada kriteria
yang jelas dalam mendeteksi masalah multikolinearitas dalam model
regresi linier. Selain itu hubungan
korelasi yang tinggi belum tentu berimplikasi terhadap masalah multikolinearitas.
Tetapi kita dapat melihat indikasi multikolinearitas dengan tolerance value (TOL), eigenvalue, dan yang paling umum
digunakan adalah varians inflation
factor (VIF).
Hingga saat ini tidak ada
kriteria formal untuk menentukan batas terendah dari nilai toleransi atau VIF.
Beberapa ahli berpendapat bahwa nilai toleransi kurang dari 1 atau VIF lebih
besar dari 10 menunjukkan multikolinearitas signifikan, sementara itu para ahli lainnya
menegaskan bahwa besarnya R2 model dianggap mengindikasikan adanya
multikolinearitas. Klein (1962) menunjukkan bahwa, jika VIF lebih besar dari
1/(1 – R2) atau nilai toleransi kurang dari (1 – R2),
maka multikolinearitas
dapat dianggap signifikan secara statistik.
Dalam regresi linear
salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut
bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator) adalah var (ui)
= σ2 mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus tertentu terjadi
variasi ui tidak konstan atau variabel berubah-ubah. Untuk mendeteksi
heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian dengan metode grafik.
Dengan pengujian ini dapat dideteksi apakah kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan metode grafik, hasilnya dapat menunjukkan ada tidaknya pola-pola tertentu yang terbentuk seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y.
2. Autokorelasi
Autokorelasi adalah
korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
seperti data deret waktu atau ruang seperti data cross-section. Untuk mengetahui autokorelasi digunakan uji
Durbin-Watson (DW-test). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui
dengan menggunakan beberapa cara antara lain metode grafik dan uji
Durbin-Watson.
Langkah-langkah Uji
Durbin-Watson adalah sebagai berikut (Gujarati, 1999):
1. Regres model lengkap untuk mendapatkan nilai residual.
2. Hitung d (Durbin-Watson Statistik) dengan rumus:
(Hasan, 1999)
3.
Hasil rumus tersebut yaitu nilai d kemudian dibandingkan dengan nilai d tabel
Durbin- Watson. Pada tabel d tersebut terdapat dua nilai yaitu nilai batas atas
(du) dan nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n dan k. Untuk
autokorelasi positif (0 < p < 1), hipotesis nol (H0) diterima jika d >
du, sebaliknya H0 ditolak jika d < dL. Untuk autokorelasi negatif, hipotesis
nol (H0) diterima jika (4-d)>du, sebaliknya H0 ditolak jika (4-d) < dL.
3. Multikolinearitas
Multikolinearitas muncul
jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa variabel
atau semua variabel independen dalam model. Pada kasus multikolinearitas yang
serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel
independen dalam model. Terdapat beberapa metode untuk mendeteksi keberadaan
multikolinearitas (Gujarati, 1995;Ramanathan, 1995). Untuk mendeteksi
multikolinearitas digunakan pengukuran terhadap nilai VIF (Variable Inflation
Factor) dan nilai Tolerance .
Berikut ini
langkah-langkahnya:
a)
Regres model lengkap untuk mendapatkan nilai R2
Y = f (x1 ....... x7)
b) Regres
masing-masing variabel independen terhadap seluruh variabel independen lainnya,
dapatkan
nilai R2. Regres ini disebut auxiliary regression. xi
= f (xj)
c) Jika terdapat Ri2>R2 berarti terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
c) Jika terdapat Ri2>R2 berarti terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
No comments:
Post a Comment